2012/09/19

3 Orang Pendusta

Dalam Kitab al-Imarah Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya golongan pertama manusia yang akan diadili pada hari kiamat ada tiga. Di antaranya adalah :
  1. Seorang lelaki yang mati dalam upaya mencari kesyahidan. Dia didatangkan dan ditunjukkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang sekiranya akan dia peroleh karena amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya ?’. Dia menjawab, ‘Aku telah berperang di jalan-Mu sampai akhirnya aku mati syahid.’ Allah berkata, ‘DUSTA KAMU. Sebenarnya kamu berperang demi mendapatkan julukan sebagai orang yang gagah berani, dan hal itu telah kamu dapatkan.’ Lantas orang itu diseret oleh malaikat dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.
  2. Kemudian, ada seorang lelaki yang suka mempelajari ilmu dan mengajarkannya, serta pandai membaca al-Qur’an. Dia pun didatangkan. Ditunjukkanlah kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang akan diperoleh karena amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya ?’. Di menjawab, ‘Aku telah mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca al-Qur’an untuk-Mu.’ Allah mengatakan, ‘DUSTA KAMU. Sebenarnya kamu mempelajari ilmu demi mendapatkan sebutan sebagai orang yang berilmu, dan kamu membaca al-Qur’an agar disebut sebagai ahli baca al-Qur’an. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan.’ Lantas orang itu diseret oleh malaikat dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.
  3. Berikutnya, seorang lelaki yang Allah lapangkan untuknya harta dan Allah berikan kepadanya berbagai jenis kekayaan. Dia pun didatangkan. Ditunjukkanlah kenikmatan-kenikmatan yang akan diperoleh dengan sebab amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya ?’. Dia menjawab, ‘Tidak pernah aku lewatkan satu perkara pun yang Engkau sukai untuk aku berinfak kepadanya, melainkan aku pasti telah menginfakkan hartaku padanya karena-Mu.’ Allah berkata, ‘DUSTA KAMU. Sebenarnya kamu lakukan itu agar kamu disebut sebagai dermawan, dan hal itu telah kamu dapatkan. Kemudian orang itu pun diseret dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim [1905], lihat Syarh Muslim [6/531-532])

2012/09/16

Aku dan Hijab

6 tahun lalu ...

Kala itu aku memasuki tahun ajaran baru di SMP. Kelas 9. Ya, aku berada pada jajak akhir dari tingkatan sekolah menengah pertama. Penentu apakah aku akan melanjutkan ke tingkatan selanjutnya, penentu masa depanku. UAN adalah hal yang krusial bagi aku dan semua teman-temanku saat itu. Terlebih setelah melewati bulan September 2006, semua terasa mencekam. Berbagai pemantapan diberikan oleh guru-guru kami. Berbagai ritual dilakukan, mulai dari puasa Senin-Kamis, khatam Al - Qur'an, bahkan nazar yang bermacam-macam jenisnya, mulai dari akan berhenti merokok, memberi sumbangan, traktir teman satu angkatan, dan sebagainya.

Aku, yang saat itu gadis lugu yang mengikuti trend, berpikir ritual apa yang akan kulakukan demi suksesnya UAN ini, demi suksesnya langkahku di tingkat ini. Ingin ku puasa Senin-Kamis, ah terlampau berat untuk ku, puasa Ramadhan pun masih bolong-bolong, ditambah jarak dari sekolah ke rumah yang kurang lebih 40 km. Khatama Al-Qur'an? Itu sudah rutinitas, tak seharusnya dijadikan ritual khusus. Sudah biasa kulakukan. Nazar? Masih terlalu takut aku tak mampu memenuhinya.

Pusing memikirkan ritual yang sebenarnya tak perlu, akhirnya membuatku hanya menggaruk-garuk kepala, membuat rambutku berantakan. Sekilas teringatlah kepadaku, akan kepalaku yang masih telanjang ini. Tertutupi dan terjaga hanya hari Jum'at, karena sekolah mewajibkan, dan ketika shalat dan mengaji. Dimotivasi dengan kepercayaan ritual ini, akhirnya ku-hijab-kan kepalaku, pada bulan Oktober 2006. Hijab yang saat itu aku percaya sebagai 'jimat keberuntungan' untuk UAN. Alhamdulillah, pada akhirnya aku lulus dengan menyandang peringkat ketiga NEM tertinggi di sekolah. Sejak saat itu, timbullah rasa dihati, yang setulusnya bahwa aku akan terus memakai hijab sampai akhir hayat.

Saat ini ...

2012/09/13

Ikhlas: Mudah Diucapkan, Sulit Diamalkan


Ikhlas, satu kata yang mudah diucapkan tapi sulit untuk dilaksanakan.
Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.”

Niat adalah pengikat amal. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi teramat sangat penting dan akan membuat hidup ini menjadi lebih mudah, indah dan jauh lebih bermakna.

Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?

Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya, Allah berfirman yang artinya,
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48)

Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:

2012/09/11

Didong Sarana Pembelajaran Dan Pemertahanan Bahasa Gayo





Didong merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat pada masyarakat Gayo. Didong dimainkan dengan perpaduan seni sastra, seni suara dan seni tari, yang merupakan hasil olah pikir dan rasa daripada ceh yang ada dalam kelop didong (grup atau kelompok didong). Dalam didong, terdapat seorang ceh (vokalis dalam didong), apit (pendamping ceh) dan penunung (pengikut saat refrain terjadi) yang terdiri dari 10 sampai 15 orang. Kesenian ini dikelompokkan sebagai satu diantara sepuluh sastra lisan yang dimiliki suku ini (urang, orang Gayo). Sampai hari ini, didong kerap dipertunjukkan oleh masyarakat Gayo terutama yang mendiami kabupaten Aceh Tengah dan kabupaten Bener Meriah. Dengan perkataan lain, keberadaan didong masih ada dan kerap dipraktekan dalam masyarakat ini. Bahkan, dalam khasanah tradisi lisan Indonesia, didong merupakan salah satu sastra lisan yang masih bertahan sampai sekarang, sama halnya dengan wor bagi masyarakat Biak, propinsi Irian Jaya (Simbolon, 1999: 86&88)

Perlu diketahui, selain di dua kabupaten di atas, masyarakat Gayo lainnya tersebar di beberapa titik persebaran di Aceh seperti Serbejadi, Aceh Timur; Pulo Tige kabupaten Aceh Tamiang; kabupaten Gayo Lues; kabupaten Aceh Tenggara dan sebagian kecil di Aceh Selatan. Namun, didong lebih berkembang di dua kabupaten pertama yaitu kabupaten Aceh Tengah (Takengon) dan kabupaten Bener Meriah (Bener Meriah). 

2012/09/10

LIMA KEUTAMAAN NABI MUHAMMAD SAW




Assalamualaikum warohmatullah wabarakatuh. Akhii wa Ukhtii, kita patut bersyukur menjadi umat baginda Muhammad SAW, karena apa? kita adalah umat yang spesial oleh karena nama besar nabi Muhammad SAW di mata Allah SWT.... Yuk kita ulas 5 keutamaan Nabi Muhammad SAW tidak dimiliki nabi-nabi lain: